Jalan-jalan ke Malaysia (Batu Caves, Twin Tower, Pasar Seni)
Bisa
pergi ke luar negeri adalah cita-citaku dari kuliah tapi apa daya aku hanyalah
mahasiswa yang tidak punya duit. Tak kehabisan akal, daftarlah program
pertukaran pelajar tapi gagal karena kayanya TOEFL ku kurang haha. Niat bikin
paspor pun sebenarnya udah dari kuliah, ya tapi banyak keperluan lain alhasil
tidak jadi-jadi bikin paspor. Barulah tahun 2018 ini karena ada suatu keperluan
ke luar negeri akhirnya aku buat paspor. Langkah-langkah membuat paspor bisa
dilihat di sini yaa. Aku buat paspor bulan februari 2018
terus aku pakai buat ke Malaysia akhir mei 2018. Perjalanan ini adalah
perjalanan pertamaku ke luar negeri tapi tidak sendirian. Aku ke Malaysia ada
keperluan khusus jadi tidak banyak jalan-jalannya hanya ke beberapa tempat.
Jadi aku hanya akan cerita bagian jalan-jalannya aja dengan detail beberapa
informasi. Untuk memudahkan perjalanan di Kuala Lumpur dan sekitarnya ada
baiknya temen-temen download rute kereta apinya di
sini.
Satu
hal yang perlu kita siapkan sebelum berangkat adalah tiket PP. Jadi gak cuma
tiket berangkat saja, karena bisa-bisa kita dipulangkan kalau belum punya tiket
pulang. Sebenarnya buat check in pesawat kita bisa cuma menunjukan e tiket,
tapi disini aku berjaga-jaga jadi aku print e tiketnya. Buat apa aku print? E
tiket ini aku tunjukan saat di imigrasi Malaysia, jadi mereka sudah tahu aku
bakal tinggal berapa hari dan pulang kapan. Hal ini bisa menghindari
pertanyaan-pertanyaan yang aneh-aneh, meskipun bisa aja kena sih kalau ada
random check dari imigrasi. Karena ini perjalanan pertama dan paspor masih
kosong jadi agak takut-takut gitu ditolak di imigrasi, tapi Alhamdulillah
lancar tanpa ada pertanyaan apapun dari petugas.
Aku
berangkat ke Malaysia naik AirAsia dari Bandara Juanda Surabaya dan turun di
KLIA2. Setelah keluar dari pintu kedatangan akan masuk semacam mallnya KLIA2,
kita bisa beli kartu di sini. Ada banyak pilihan operator simcard seperti Digi,
Maxis, Hotlink. Aku beli simcard 7 days tourist pass Digi harganya RM20 dapat
kuota internet 2gb dan bisa untuk 3G atau 4G. Lokasinya dari pintu kedatangan
bisa jalan lurus sampai ada toko warna kuning eyecatching tulisannya Digi.
Pilihan lain bisa beli kartu Maxis harganya yang 7 hari RM36 dapat 8gb
internet, kalau hotlink aku kurang paham.
Buat
yang belum tahu, KLIA2 ini berada di Sepang, Selangor Malaysia, kira-kira 60km
dari Kuala Lumpur. Untuk menuju Kuala Lumpur ada berbagai pilihan moda
transportasi mulai dari bus, kereta, dan taxi. Transportasi yang paling populer
adalah kereta KLIA Express kalau di Indonesia semacam kereta bandara karena
jalurnya langsung dari KLIA ke stasiun KL Sentral. Sebenarnya kereta bandara
ini ada dua jenis yaitu KLIA Express dan KLIA Transit. Perbedaan dari kedua
kereta tersebut yaitu kalau KLIA Express dia tidak pakai transit dari KLIA
2-KLIA1-KL Sentral dengan waktu sekitar 27 menit, sedangkan KLIA Transit akan
berhenti di 3 stasiun sebelum sampai ke KL Sentral. Harganya sama yaitu RM55,
informasi lengkapnya bisa dicek di sini. Pilihan lain yaitu bisa naik bis ke
Kuala Lumpur tapi aku tidak terlalu tahu informasinya, tapi temanku pernah
bilang harga tiketnya sekitar RM12. Moda transportasi selanjutnya adalah taxi,
ada taxi pakai argo dan taxi pakai kupon. Kalau taxi argo itu ya biasa harganya
menyesuaikan argo, sedangkan kalau taxi kupon akan bayar diawal dan sudah tahu
berapa harganya. Karena aku tidak tinggal di Kuala Lumpur, melainkan di Kajang
jadi naik taxi kupon. Kalau mau naik taxi di KLIA2 caranya dari keluar pintu
kedatangan jalan lurus ambil jalan bagian kiri yang melewati h&m lurus terus
sampai ketemu family mart, nanti sebelahnya ada eskalator terus turun. Dari
eskalator jalan lurus dan di sebelah kiri ada loket-loket pemesanan taxi
tinggal memilih mau yang taxi argo atau taxi kupon dan bilang ke petugasnya.
Harga taxi kupon untuk dua orang dari KLIA2 ke Kajang sekitar RM75.
Seperti
yang sudah aku jelaskan sebelumnya kalau aku akan menceritakan bagian
jalan-jalannya aja dan aku tidak menginap di Kuala Lumpur, maka penjelasan
transportasinya menggunakan patokan dari stasiun utama yaitu KL Sentral.
Stasiun KL Sentral ini terhubung dengan mall Nu Sentral yang cukup lengkap,
barang branded juga ada di sini dan ada banyak pilihan restoran. Pada setiap
eskalator di Nu Sentral terdapat layar monitor yang bisa digunakan untuk
melihat tenant apa saja yang ada di dalam mall dan lokasinya di lantai berapa.
.
Silahkan dibaca-baca dan dipahami dulu peta kereta apinya. Jadi untuk
transportasi sehari-hari di Kuala Lumpur ada beberapa pilihan jenis kereta
yaitu KTM (semacam KRL kalau di Indonesia), LRT (rapid KL), dan MRT.
Masing-masing kereta memiliki jalur sendiri-sendiri sehingga tidak bertumpukan,
tapi ada juga stasiun yang dilewati dua jenis kereta tetapi dengan jalur
berbeda. Waktu ketersediaan kereta juga berbeda, kalau KTM sekitar 40menitan
sekali, LRT 8 menitan sekali, dan MRT 4 menitan sekali. LRT dan MRT ini mirip
tetapi menurut aku lebih nyaman MRT, mungkin karena tergolong baru. Temanku
orang Malaysia bilang kalau MRT ini baru beroperasi sekitar Agustus 2017. Oh ya
di setiap stasiun MRT ada eskalatornya, toilet dan musholla yang bersih dan
tersedia mukena. Tapi kalau mau naik MRT dari stasiun KL Sentral harus jalan
dulu ke stasiun Muzium Negara yang terkoneksi langsung. Kalian tinggal
mengikuti petunjuk arah dari KL Sentral ke stasiun MRT Muzium Negara.
Stasiun MRT Muzium Negara |
Destinasi
pertamaku yaitu Suriah KLCC atau Twin Tower. Dari KL Sentral bisa naik LRT
laluan Kelana Jaya. Beli tiket di vending machine tinggal pilih jenis keretanya
dan tujuan stasiun serta jumlah yang dibeli, harganya saat itu RM2,4. Kemudian
masukan uang dan akan keluar tiketnya yang berupa koin. Koin ini nanti ditap
ketika masuk, dan dimasukan ke gate ketika akan keluar. Stasiun KLCC ini berada
di Twin Tower sehingga dari stasiun langsung masuk mallnya. Twin Tower ini
sebetulnya adalah gedung perkantoran dan ada mallnya. Teman-teman juga bisa
naik ke atas tapi harganya mahal banget. Dari lantai dasar kalau mau ke halaman
depan KLCC bisa naik eskalator dulu tapi lupa naik berapa lantai. Kemudian cari
toko Gucci terus lurus aja keluar. Nah disitu isinya orang foto-foto di depan
twin tower dan banyak orang-orang lokal jualan lensa fish eye biar kalau foto
bisa keliahatan semua. Karena gedung ini tinggi banget, jadi susah buat foto
biar kelihatan. Setelah foto-foto di depan twin tower jangan lupa untuk ke
bagian halaman belakang twin tower karena ada taman yang cantik dikelilingi
gedung-gedung tinggi. Taman ini ada air mancurnya yang bisa menyala tapi malam
hari, sayang sekali aku datang saat siang dan hujan. Jadi cuma bisa lihat-lihat
saja.
Pergi
ke luar negeri pasti yang dicari adalah oleh-oleh, nah tempat yang bisa buat
beli oleh-oleh adalah Pasar Seni atau Central Market. Ini tempat isinya turis
sih, tapi harganya wajar dan masuk akal kok. Menuju ke Pasar Seni bisa naik
kereta yang sama seperti ke KLCC yaitu LRT laluan Kelana Jaya. Keluar dari
stasiun tinggal jalan lurus terus menyeberang jalan, sampai deh di Pasar Seni.
Di sini menjual berbagai macam pernak-pernik mulai dari tas, gantungan kunci,
kaos, sampai coklat. Untuk harga wajar tas kain dengan tulisan sablon Malaysia
dan semacamnya harganya RM10. Gantungan kunci ada macam-macam, yang murah RM6
isi 6 kalau tidak salah, yang agak bagusan dikit RM15 isi 6. Kalau coklat
harganya lumayan mahal menurutku tapi ya gak papa lah sekali-sekali, harganya
variatif mulai dari RM20 an. Silahkan muter-muter sampai bosen dan ditawar tapi
jatuhnya gak banyak. Harga antara toko satu dan lain hampir sama, jadi
menurutku ini sejenis pasar persaingan sempurna hahaha 😁.
Central Market |
Tempat
wisata selanjutnya yang aku kunjungi Batu Caves, yaitu kuil umat Hindu masih di
Selangor. Batu Caves ini sangat populer di kalangan wisatawan Indonesia,
temen-temenku kalau dari Malaysia pasti ke Batu Caves. Namun ternyata tidak
banyak orang asli Melayu yang mengunjungi Batu Caves bahkan ada yang tidak
mengerti. Temanku yang asli orang Melayu cerita dia dan teman-temannya tidak
pernah ke Batu Caves, dan dia juga bilang kalau tidak populer dikalangan orang
Melayu. Seorang teman sesama dari Indonesia yang kenal di kereta cerita kalau
dia tanya sama driver grab tentang kereta apa untuk ke Batu Caves tapi sang
driver ngotot bilang nggak ada kereta ke sana padahal jelas-jelas ada. Lalu
naik apa ke Batu Caves? Kita bisa naik KTM dan Batu Caves merupakan stasiun
terakhir. Keluar dari stasiun langsung masuk ke area Batu Caves, cuaca di sini
amat panas jadi bisa menyiapkan payung, kacamata hitam, dan air minum tentu
saja. Tapi karena aku ke sana saat bulan puasa jadi lumayan menguras tenaga
buat naik ke puncaknya tanpa minum. Di sini banyak burung dara liar yang
berkumpul menanti diberi makan. Sekitar kuil juga banyak pedagang manisan yang
sering aku lihat di film-film India 😄. Silahkan berolahraga sejenak
untuk naik ke puncak dan menikmati pemandangan yang indah. Di sisi kanan tangga
ada air terjun, dan di sisi kiri ada goa lagi yaitu Dark Caves. Sepanjang
tangga banyak monyet-monyet berkeliaran jadi berhati-hatilah terhadap barang
bawaan takut diambil hehe. Jangan khawatir kalau lupa membeli minum di bawah
karena di atas ada toko yang menjual minuman dan oleh-oleh kerajinan khas. Saat
di dalam goa juga harus berhati-hati karena licin terkena tetesan air dari
stalaktit yang menggantung dari atap goa. Di puncak kita bisa melihat
pemandangan kota sekitarnya. Pada hari-hari tertentu milik umat hindu akan ada
festival atau perayaan di Batu Caves ini tapi aku kurang tahu informasinya.
Tempat ini merupakan tempat ibadah jadi tetaplah sopan dan menghormati orang
lain yang sedang beribadah. Oh karena kereta ke Batu Caves cuma KTM jadi perhatikan ya jadwalnya di bawah ini. Jadwal kereta ke Batu Caves ini aku foto di loket KL Sentral 3 November 2018 kemarin.
Jadwal KTM ke Batu Caves dari KL Sentral |
Itulah
ceritaku pertama kali jalan-jalan ke luar negeri, mungkin hanya sedikit tapi
semoga bisa memeberi informasi bagi yang mau ke Malaysia. Cerita jalan-jalan ke
Malaysia akan aku lanjutkan karena aku baru saja ke Malaysia lagi dan baru
pulang tanggal 4 november 2018 kemarin. Kali ini dengan destinasi baru. Selamat
jalan-jalan!
Comments
Post a Comment